Sabtu, 24 November 2012

LOsOhAn



  Di Desa Banua hiduplah seorang Bujang lapok yang gagah lagi tampan, di tambah dengan sedikit jenggot dia terlihat lebih karismatik dengan gaya khasnya.Dia akan menggoda wanita-wanita setiap malam meski memiliki kekasih yang banyak, dia belum juga menikah karena takut mengecewakan kekasihnya karena dia adalah lelaki yang malas yang tak punya apa-apa selain gubuk yang di tinggalkan Almarhum orang tuanya. Waktu kecil  dia adalah anak yang di manja orang tuanya hingga diapun tak tahu untuk bekerja.
Suatu pagi yang cerah, seperti biasa  meski matahari telah menunjukkan waktu dhuha akan berakhir dia masih tergolek di tikar, “Hah…hari ini adalah pernikahan si Lizah…” dia bergumam, dia teringat kata terakhir yang di ucapkan Lizah yang menyakiti hatinya “ Bang Ikren…anggo naso adong dope roamu got mambuat boru marbagas ma au dah!!!, lupa on ma sude hubungan taon dah…” Lizah pergi dengan lingangan air mata. Karena dia pun sebenarnya sangat mencintai Ikren bujang lapok yang memiliki kekasih yang banyak itu.
Dia bangkit dengan seribu amarah di hatinya, kesal marah dan benci bercampur dalam hatinya.Ikren berniat akan datangi pernikahan kekasihnya Lizah dengan Ahmadi, dia ingin melihat wajah Ahmadi yang telah merebut kekasihnya itu. Dengan langkah gontai dia menuju sungai kecil di samping rumahnya, dia memandang ke dalam sungai terlihat bayangan wajahnya yang terlihat sudah sedikit mengkerut. Di renunginya nasib yang membuat hatinya semakin sedih
, tak terasa air matanya menetes. Ketika matahari tepat di atas kepala yang menunjukkan bahwa dia telah lama termenung tiba-tiba dia di kejutkan oleh suara “Losohan…”, Ikren memandang kiri dan kanan meski sedikit takut dia juga marah karena ada yang telah mengatainya.”Losohan…!! au dei namangecek i..baion!!”
“inda bah,…aso sedih koi…?!”
“Ma nabahatan ma marbagasi gandakku…, inda uboto sanga sondia…”
Tiba-tiba rumpun mandong itu bernyanyi “Losohan-losohan gotap ma au da losohan,…!!”

Entah kenapa Ikren langsung bergegas mengambil sabit di rumahnya dan memotong mandong itu. Setelah di potong mandong itu di letakkannya dalam rumah, dan mandong itupun bernyanyi lagi “Losohan-losohan jombur ma au da losohan…!!”, Ikren pun seperti terhipnotis dia langsung menjemur mandong-mandong di luar. Sepertinya dia sudah lupa bahwa hari ini adalah hari pernikahan kekasihnya, dia sangat heran dengan mandong yang bisa bicara itu dari dalam rumahnya dia terus memandang mandong yang di jemurnya. Setelah kelihatan kering mandong itu bernyanyi lagi “Losohan-losohan bayu ma au da Losohan..!!”. Losohan pun langsung menganyam mandong itu menjadi sebuah tas kecil. Tas kecil itu dia sangkutkan di sebuah paku di atas kepalanya, lalu dia tertidur dengan pulas.

Dia sengaja tidur pada siang hari agar dia tak merasa lapar karena bahan pokok di rumahnya sudah hampir habis di tambah rasa malasnya untuk menanak nasi.Tiba-tiba tas anyamannya terbang menuju pasar, dan mendarat pas di samping orang yang jualan ikan asin yang tampa sengaja mengisikan ikan asin ke dalam tas itu dan terbang lagi menuju rumah Ikren alias Losohan. Begitulah ulah tas anyamannya hingga malam menjelang.
Ketika Losohan bangun dia sangat terkejut karena di sampingnya banyak bahan pokok dan tidak hanya itu ada baju dan celana jeans yang masih baru, sejenak dia tertekun melihat ke adaan itu.”Losohan-losohan ulang ko heran da Losohan,… on sebagai upamu do on madung ra mambayu au ima mulai sadarion ulang ko losok be dah..”
“Olo bayuon…tarimokasi godang-godang dah…!!”
“Ligi ma golap ari got magrib ma manjawek maho…ualang tinggalkon sumbayangmu muali on dah..”
“Olo manjawek ma au…”
Dia pun Sholat magrib…Malam ini adalah malam yang special baginya, dengan baju dan celana jeans baru dia makin pede untuk mendekati cewek-cewek dan malam ini dia mendekati wanita yang bernama Leni yang berambut kriting yang indah. Akhirnyia mereka pun sepakat untuk menikah, dan menjalani hidup dengan bahagia