Malam terlihat ingin menangis,
tersebab awan hitam tutupi langit yang keruh. Keruh akan suara-suara bising
pabrik-pabrik, keruh akan asap penyakit dari mulut sang Perokok yang tak pernah
peduli akan paruku. Ku berdiam diri, duduk menikmati keheningan malam ketujuhku
di teras rumah ini.
Seorang sahabat datang
menghampiriku dengan wajah riang di tonjolkannya. Dia mendekat dengan asap
gerogoti udara indah ini, seakan tanpa rasa bersalah dia menghembuskan sang
asap. Dia tersenyum “Selamat kamu bisa membuatnya tersenyum kembali !!!”
ucapnya
“Maksud
mu apa Win,..?!”
“Rani
sekarang tak murung lagi seperti beberapa bulan yang lalu, semua ini berkatmu
yang mampu memberikan senyum di bibirnya lagi .”
“Oh..itu
sudah hal biasa yang kulakukan dalam hubungan tali kasih.. “
“Maksudmu
apa bro..??!”
“Aku
sudah memiliki kekasih lebih dari seratus,...jadi aku sudah paham tentang
karakter wanita dan bagaimana cara menghadapinya, dan itu hal yang biasa
bagiku...”
“Oh....
pantaslah”
“Rani
sekarang dimana Win?!”
“Di
kamar, tapi kamu gak ada niat jahatkan sama Rani...soalnya diakan Famili aku
bro..”
“gaklah
win!” Aku bangkit dan hendak pergi karena menurutku malam ini sudah cukup
“kamu
gak jumpa sama Rani bro? “
“Gak
usah Win besok aja.. “
Tiba-tiba terdengar suara Rani
yang sudah berdiri di pintu “Abang cepat kali pulang, tunggulah bang bentar
lagi..”
“Eh
dek Rani, iya... abang mau pulang nampaknya
mau hujan.”
“Bang
Rani mau ngobrol sebentar sama abang boleh..?”
“Bolehlah
dekku yang manis..!!” Dia tersenyum, Senyumnya memang indah hingga membuat
nyaman di hati. Aswin masuk ke dalam rumah dan membiarkan kami berdua di teras
rumah yang sedikit remang-remang. Kami berdua terdiam seakan membiarkan nada
rintik hujan di atap iringi hati yang sedang menggebu.
“Bang
terimakasih ya semuanya...” Dia tersenyum lagi
“Sama-sama
dekku..” Akupun menebar senyumku untuknya
“Abang
ternyata sudah punya banyak pacar ya bang...?!”
“Iya..dan
adek mungkin yang kesekian..., entahlah mantan abg sekarang sudah berapa
memangnya kenapa dekku. Apa adek ingin memutuskan hubungan ini?!, kalo iya gak
papa kok dekku.. “ Aku tersenyum lagi.
“Gak
papa kok bang...”
“Tapi
abang heran,..kenapa tiba-tiba adek berubah dan terlihat tidak murung lagi
padahalkan abang tak melakukan apapun hanya ngobrol biasa saja “
“Iya..,
seperti yang abang ketahui semenjak Irsal meninggalkanku aku merasa hidup ini
tak ada artinya lagi...mungkin sebaiknya aku mati!. Itulah yang ada dalam
benakku, Namun aku pernah bertanya pada bang Yusuf yang juga pernah mengalami
hal sama denganku bagaimana sebaiknya aku mengambil sikap dalam hal ini. Dan
bang Yusuf menyarankanku untuk menyelidiki tentang masa lalunya.”
“Apa
hubungannya dengan masa lalu Irsal ya dekku..?!!”
“Itulah
pertama akupun merasa heran, tapi setelah ku selidiki ternyata dia memiliki
masa lalu yang cukup kelam. Karena kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai
di saat dia masih berumur tujuh tahun. Setelah ku ceritakan hal itu kepada bang
Yusuf dia pun menjelaskan bahwa irsal sangat menikmati penderitaanku yang telah
di tolaknya, karena dia sakit hati di tolak oleh orangtuanya dan penolakannya
kepadaku sebagai balas dendamnya..”
“Aku
tak mengerti kenapa ada orang seperti itu..”
“Iya
dan harusnya dulu aku tak cepat-cepat menerima cintanya, karena kami baru dua
bulan berkenalan di Danau Maraganda, dan tak seharusnya pula aku melakukan
hubungan suami-istri dengannya.” Rani meneteskan air mata.... dia mengambil
nafas panjang.Sepertinya dia mencoba tegar dengan penderitaan batinnya.
“Ya
sudah...adek jangan menangis lagi..ya dekku !!” Aku mencoba menghiburnya.
“Iya
bang, aku menyesal...namun aku tak mau hidup dalam penyesalan. Dalam hidupku
yang kelam seakan hidupku tiada guna lag, abang datang dengan memberi secercah Cahaya
Harapan untukku dan meski aku bukan gadis lagi abang ikhlas menerimaku “ Dia
menangis lagi.
“Ya
sudah abang tak pernah mempermasalahkan hal itu karena abangpun bukanlah orang
yang tek pernah melakukan hal itu..!!, besok orang tua abang akan datang untuk
melamar adek karena itu tidurlah sayang..”
“Iya
bang..tapi adek boleh kan bang..?!”
“Boleh
apa tu dekku..?!!”
“Cium
kening abang sekali...”
“Bolehlah
sayang..”
“Ummmuuaacchhh...!!!”
Dia terlihat bahagia akupun pergi menerobos hujan di gelap malam.