Senin, 09 Oktober 2017

Ilmu Temurun

1.HARUS BERPISAH

Pemuda itu berlari menyusuri pinggir desa dan mulai memasuki persawahan, nafasnya terengah-engah, hidungnya sedikit berdarah, tak dihiraukannya lalang yang menyayat kakinya, dia terus berlari memasuki semak belukar.
Sesekali dia terjerembab dan bangkit lagi,tenaganya mulai habis namun dia terus berlari memasuki semak-belukar.
Dan akhirnya dia tersungkur... dia tak bangkit, dia sudah pasrah. Nafasnya terlihat tak beraturan, dia balikkan badan dan menelentangkankan badannya.Dengan nanar dia menatap langit.
Dari kejauhan terlihat empat pemuda berdiri di pinggir desa dan memperhatikan pemuda yang sedang berlari itu, mereka tertawa melihat Yusuf berlari ketakutan setelah mereka hajar.
Panusunan adalah seorang pemuda yang jatuh cinta pada sahabatnya Aminah dimana dari kecil mereka sudah bersahabat,mereka bersahabat tiga orang yakni Panusunan, Aminah dan Yani. Persahabatan mereka mulai retak disaat Panusunan mulai menjalin kasih dengan Aminah, sedang mereka satu marga.Satu marga di larang untuk menjalin kasih apalagi untuk menikah, itulah adat yang sudah turun-temurun di kampung ini.
Empat pemuda yang menghajarnya adalah: Ridwan, Jamal, Sukri dan Amron. Ridwan adalah abangnya aminah sedang Jamal, sukri dan Amron adalah tiga sekawan yang tidak menyukai Panusunan. Semenjak kecil mereka sudah bersaing dalam berbagai hal begitu jua dengan persaingan dalam Cinta, Jamal juga jatuh cinta pada Aminah dan menghasut Ridwan untuk menghajar Panusunan dan menyusun siasat supaya Panusunan diusir dari Kampung.
“Lihat bang wan... dia bagaikan dikejar setan ya bang..hahahaha” Jamal tertawa riang.
“Sudahlah.. mudah-mudahan itu menjadi pelajaran baginya” sahut Ridwan
Mereka terlihat berpisah Ridwan mengarah ke kampung sedang Jamal dan kawannya menuruni sawah ke arah Panusunan berlari.
“Perlu kita kejar lagi mal?” tanya Amron
“Gak usah, kita pergi saja mandi.Nanti malam kita tunggu dia pulang ngaji, biar jera.”
“Iya.., kalau begitu kita mandi saja dulu di bonjo”
“Ayok,.. tapi... aku penasaran bang. Soalnyakan dia berlari kearah semak diantara dua bukit itu bang!”
“Memangnya kenapa mal?”
“itukan tempat perlintasan Panjago Arangan bang...”
Mereka bertiga terdiam dan saling berpandangan, suasana jadi hening. Suara nafas merekapun terdengar naek turun, keringat dingin. Tiba-tiba tanpa komando mereka berlari terbirit-birit ke arah kampung, jamal berlari paling depan karena dia memiliki badan kecil dan lincah sedang amron yang badannya lebih besarberada paling belakang dan Sukri badannya tidak jauh beda dengan Jamal.
***
Setelah beberapa jam Panusunan terlentang dia terlihat mulai sadar dan membuka mata berlahan. Langit mulai terlihat jingga, berlahan dia bangkit, sedikit demi sedikit perih di kakinya mulai terasa. Dia memandang sekitar yang membuatnya tersentak. “Ini adalah Aek mompang, tempat perlintasan Jangak!”. Di tatapnya dua bukit yang mengapit aliran sungai kecil pas di pinggirnya dia berdiri. Suara Tonggeret terdengar riuh bagai sirene,Suara jangkrikpun mulai turut menyumbangkan suara dan di akhiri suara katak pada akhir irama. Bulu kuduknya berdiri, selangkah demi selangkah di ayunkannya menuju perkampungan.
                             ***
Setelah azan Isya berkumandang pengajianpun berakhir. Anak-anak muda dan remaja berhamburan dari rumah pengajian suaranya bising sekali ada yang sibuk mencari sendal, ada berlari-lari dan ada juga yang sabar menunggu giliran keluar.
Aminah berdiri di dekat tangga rumah panggung tempat pengajian, dia sibuk melihat kesana-kemari sepertinya dia sedang mencari seseorang. Tak lama keluarlah seorang pemuda dari rumah pengajian, badannya tinggi besar dan agak jangkung,dia sedang mencari sendalnya di dekat tangga. Aminah mendekatinya dan memukul pundaknya.
“Cepatlah yani..”
“Iya, tunggu dulu saya ambil dulu sendalku ini”
“Hm,.. lambannya..”
“Tidak ada sabarmu Aminah”.
Mereka berjalan menembus gelap malam,Yani menyalakan lampu senter di tangannya. Mereka berjalan sambil berbincang, sesekali dia mematikan senternya bila melewati rumah yang diterangi listrik  karena di kampung ini hanya beberapa rumah saja yang memiliki lampu listrik.
“Yan,.. Panusunan kok gak datang mengaji ya?”
“Iya. Tadi saya kerumahnya sebelum berangkat ngaji tapi kata Ayahnya dia belum pulang.”
“Kemanalah kiranya dia ya Yan,..”
“Aduhai.. yang sedang dirundung rindu..”
“ah.. janganlah kamu begitu yan.”
Aminah tersipu malu.
Sedang asyiknya mereka berbicara sambil berjalan ada suara laki-laki dari belakang. Dia sedikit berlari menghampiri Yani dan Aminah. Dia menengkan nafas.
“Saya tak melihat si Panusunan keluar dari bagas pengajian, apa dia masih didalam ya?”
“Tadi si Yani sudah ke rumahnya tapi kata Ibunya dia belum pulang ke rumah. Memangnya kenapa Bang Sukri?”
“Hm,... tadi sore kami memukulinya, trus dia lari ke arah aek mompang, setelah itu kami tak tau dia kemana. Apa dia dimakan...”
“Huss.. jaga bicaramu bang suk, kenapa pulak kalian memukulinya?, apa dia berbuat salah?”
“Ya.. jelas dia berbuat salah gik Aminah, karena dia itukan marga pulut dan marga pulutnya itu satu marga pulak sama gik minah. Dan di kampung kita pernikahan satu marga sangat dilarang kalaupun ada yang marga pulut, itu akan dikucilkan dari masyarakat. Itulah mungkin yang dipikirkan oleh abangmu Ridwan makanya saya bang Amron, Jamal dan abangmu Ridwan memberikan dia sedikit pelajaran.”
“Kalian memang kurang ajar!!..”
“Berarti dia gak masuk mengji malam ini, baiklah kalau begitu saya pergi dulu ya. Hehehehe..”
“Pergilah kau jauh-jauh dari kami..”
Sukri berlari sembari tertawa riang dan menghilang di kegelapan malam.
“Bagaimana ni Yan? Saya jadi kawatir. Jangan-jangan dia kenapa-kenapa”
“hm,... mudah-mudahan dia tak kenapa-kenapa, nanti setelah mengantarmu pulang saya akan ke rumahnya. Jadi cepatlah kita jalan.”
Raut wajah aminah terlihat sedih dia cemas akan kekasih hatinya Panusunan, mereka berdua berjalan melewati jalan menurun.
                             ***
Udara berhembus sepoi langit terlihat tanpa awan,dua pemuda duduk diatas batu besar  di bawah sinar bintang yang samar-samar yakni Amron dan Jamal. Mereka terlihat sedang berbincang dan sesekali menatap ke kearah jalan. Asap mengepul dari mulut kedua pemuda itu dan terlihat sangat menikmati cigaret Gudang Garam Merah, sebenarnya itu adalah rokok yang biasa di hisap orang tua atau untuk diberikan kepada Datu sebagai tanda terima kasih. Malam ini mereka memang berencana menemui Datu untuk meminta pelet. Amron berencana menggunakan pelet itu untuk pujaan hatinya Aminah.
Kedua pemuda itu terlihat gelisah, dan pandangan mereka sekarang tertuju ke arah jalan, sepertinya mereka sedang menunggu seseorang. Tak lama kemudian nampaklah bayangan hitam di ujung jalan, kelihatannya dia berlari kecil dan semakin lama semakin mendekati kedua pemuda itu.
“Bang Amron..”
“Apa sukri..”
“Si Panusunan tidak masuk mengaji bang,.. kata si Yani tadi sore dia sudah ke rumah si Panusunan tapi dia tidak ada, kata Ibunya belum pulang bang..”
“Akh,.. masak?!” Amron merasa terkejut dan menatap kedua sahabatnya. Jantungnya berdetak kencang, diwajahnya terlihat berkeringat. Tapi dia mencoba terlihat tenang.
“Kalau begitu kita batalkan saja ke rumah ompung Ja Mangambat!”
“Maksud bang Amron kita gak jadi minta pelet?”
“Iya mal,kita cari tau dulu kabar si Panusunan”
“iya bang!, perlu kita kasi tau sama bang Ridwan?
“Tidak usah. Kita kearah rumahnya panusunan aja yok!”
“Iya bang!..”
Mereka terlihat berjalan tergesa-gesa menembus gelapnya malam.
                             ***
Yani menuju kearah rumah Panusunan,dia berjalan agak cepat karena suasana mulai terasa angker.Sinar bulan terkadang tertutupi awan hitam, suara burung hantu sesekali terdengar.
Sebenarnya kumandang isya baru beberapa saat selesai, namun suasana di kampung pahantan sudah sunyi.Yani teringat malam ini malam perkumpulan inyek di Magogar.
Suara-suara para inyek mulai terdengar, awal suaranya terdengar seperti orang yang menjerit kesakitan kemudian suaranya akan berubah berat seperti suara harimau yang terengah-engah. Konon katanya jika inyek itu masih pemula untuk menjadi harimau membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak terkuras.
Yani berlari sekencang-kencangnya, dia sudah tidak peduli dengan senternya yang terjatuh. Parit-parit kecil dilompatinya hingga akhirnya sampailah dia di depan rumah sahabatnya.

"Assalamualaikum!!"
"Waalaikumsalam" terdengar sahutan dari dalam rumah.

Yani mencium bau amis yang pekat.Meskipun salamnya sudah berbalas pintu rumah belum juga dibuka, dia berdiri ditangga rumah panggung yang sudah terlihat sedikit reot.
Terdengar suara bingkolang diangkat, dan terbukalah pintu.Nampak seorang wanita paruh baya dipintu.
"Masuk kau Yani."
"Iya luk!, Panusunan sudah datang luk?"
"Sudah, belum lama dia nyampek."
"Darimana dia rupanya luk?"
"Aek mompang... ketiduran dia katanya setelah dipukuli orang si Ridwan."
"Iya luk aku sudah dengar tadi dari Sukri."
Yani melihat Panusunan tertidur pulas beralaskan tikar anyaman, dia memperhatikan wajah, badan, kaki dan tangan Panusunan. Dia mengkerutkan dahi!.

"Kalau seperti ini baguslah hari sabtu dia berangkat ke Tanah Doli Yan!"
"Iya luk..."
"Sudahlah ayahnya tak pulang-pulang dari Birun eh.. dipukuli orang pulak dia.Hari sabtu kawani dia ke pasar ya yan!"
"Iya luk."


2.PESAN IBU


Hari mulai terik, langit terlihat bersih. Suara Prinjak terdengar merdu bersahutan. Riak air sungai yang riuh tak membuyarkan lamunan Yani yang duduk berpangku tangan ditangga surau. Angin sepoi-sepoi sesekali berhembus.

Anak-anak mulai berdatangan mandi, ada yang langsung melompat kedalam sungai ada pula yang masih  mengganti pakaian. Yani sesekali menatap kearah jalan besar, sepertinya dia sedang menunggu seseorang. Tak lama berselang muncullah yang ditunggu, Sukri terlihat menuruni jalan setapak dari jalan besar. Dia berjalan kearah surau.

"Sukri!!, sudah lama aku menunggumu."

"Lo!,.. kenapa Yan?"

"Ada yang terganjal dihatiku. Semalam waktu saya ke rumah Panusunan, aku merasa ada yang aneh!."

"Aneh kenapa Yan?" Sukri jad penasaran.

"Kamu bilang kalian menghajarnya kan?"

"Iya. Bahkan darah dari hidungnya muncrat ke bajuku Yan."

"Hm.." Yani Menghela nafas."Itu yang kumaksud suk,... tadi malam saya tidak melihat dia terluka sedikitpun, baik hidung, wajah bahkan badannya tidak sedikitpun ada bekas goresan."

"Kami terakhir melihat dia masuk semak kearah parlintasan Panjago Arangan Yan."

"Sebelum aku menaiki tangga rumah Panusunan saya mencium bau amis!"

"Apa mungkin Ayahnya itu seorang...inyek!?."

"Maksudmu suk?"


















.KE TANAH DOLI
.SEPERTI AMINAH
.MENJALIN KASIH
.HARAPAN HAMPA
.PULANG KAMPUNG
.HATI YANG MENANGIS
.KEMBALI KE TANAH DOLI
.SECERCAH HARAPAN
.MENJALIN KASIH II
.DILEMA
.MENIKAH
.PULANG KAMPUNG II
.BERPISAH



Kamis, 09 Februari 2017

Resep memasak Boyoman Bolut digerabah



Bentuk nya sih kecil dan imut, tetapi kalau masalah rasa, Boyoman atau pepes Belut  ini dijamin pasti bikin ketagihan. Perpaduan gurih dan krispinya Belut yang imut dengan pedas dan lezatnya bumbu memang mantap sekali. Kombinasi kedua resep masakan sederhana ini menghasilkan resep masakan pepes belut yang gurih dan pedas. Apalagi ditambah dengan bahan pelengkap lainnya. Rasanya sepiring nasi putih pun pasti akan kurang kalau lagi menikmati kelezatan rasa resep pepes belut ini. Yang penting, cara membuat pepes belut ini sangat sederhana dan mudah. Bumbu pepes belut juga simpel kok. Yang penting, belut yang kita gunakan harus benar-benar bagus kualitasnya. 

Bahan Untuk Membuat Resep Pepes Bolut
  • Bahan utamanya berupa belut kualitas bagus kurang lebih sebanyak 150 gram saja.

  • Cabai merah segar 

  • Buah cabai rawit merah pedas 



  • Bawang merah 
  • Daun bawang

  • Daun kunyit muda.

  • Daun pisang

  • Kemiri

  • Garam dapur beryodium secukupnya.

  • Jeruk Nipis




 Langkah Cara Membuat Resep Pepes Belut

  • Pertama haluskan bawang merah,  cabai rawit, cabai merah, kunyit dan kemiri sampai halus kemudian sisihkan.

  • Daun kunyit dan daun bawang di iris kecil-kecil.
  • Potong kecil-kecil belutnya.


  • Kemudian belut dan bumbu yang sudah di haluskan di campur

  • Setelah itu daun bawang yang sudah di iris di campurkan.

  • Kemudian peras jeruk nipis.

  •  Masukkan daun pisang dan daun kunyit sebagai alas didalam gerabah.

  • Masukkan belut yang sudah dicampur dengan bumbu ke dalam gerabah.

  • Tutup rapat gerabahnya.

  • Nyalakan api kompor sekecil mungkin.
  • Setelah tercium aroma yang nikmat yang menandakan bahwa pepes sudah masak.
  • Kemudian angkat.

  • Ok, selesai selamat menikmati :)
  • Garang na mangani dah mar caudon baen.