Senin, 09 Oktober 2017

Ilmu Temurun

1.HARUS BERPISAH

Pemuda itu berlari menyusuri pinggir desa dan mulai memasuki persawahan, nafasnya terengah-engah, hidungnya sedikit berdarah, tak dihiraukannya lalang yang menyayat kakinya, dia terus berlari memasuki semak belukar.
Sesekali dia terjerembab dan bangkit lagi,tenaganya mulai habis namun dia terus berlari memasuki semak-belukar.
Dan akhirnya dia tersungkur... dia tak bangkit, dia sudah pasrah. Nafasnya terlihat tak beraturan, dia balikkan badan dan menelentangkankan badannya.Dengan nanar dia menatap langit.
Dari kejauhan terlihat empat pemuda berdiri di pinggir desa dan memperhatikan pemuda yang sedang berlari itu, mereka tertawa melihat Yusuf berlari ketakutan setelah mereka hajar.
Panusunan adalah seorang pemuda yang jatuh cinta pada sahabatnya Aminah dimana dari kecil mereka sudah bersahabat,mereka bersahabat tiga orang yakni Panusunan, Aminah dan Yani. Persahabatan mereka mulai retak disaat Panusunan mulai menjalin kasih dengan Aminah, sedang mereka satu marga.Satu marga di larang untuk menjalin kasih apalagi untuk menikah, itulah adat yang sudah turun-temurun di kampung ini.
Empat pemuda yang menghajarnya adalah: Ridwan, Jamal, Sukri dan Amron. Ridwan adalah abangnya aminah sedang Jamal, sukri dan Amron adalah tiga sekawan yang tidak menyukai Panusunan. Semenjak kecil mereka sudah bersaing dalam berbagai hal begitu jua dengan persaingan dalam Cinta, Jamal juga jatuh cinta pada Aminah dan menghasut Ridwan untuk menghajar Panusunan dan menyusun siasat supaya Panusunan diusir dari Kampung.
“Lihat bang wan... dia bagaikan dikejar setan ya bang..hahahaha” Jamal tertawa riang.
“Sudahlah.. mudah-mudahan itu menjadi pelajaran baginya” sahut Ridwan
Mereka terlihat berpisah Ridwan mengarah ke kampung sedang Jamal dan kawannya menuruni sawah ke arah Panusunan berlari.
“Perlu kita kejar lagi mal?” tanya Amron
“Gak usah, kita pergi saja mandi.Nanti malam kita tunggu dia pulang ngaji, biar jera.”
“Iya.., kalau begitu kita mandi saja dulu di bonjo”
“Ayok,.. tapi... aku penasaran bang. Soalnyakan dia berlari kearah semak diantara dua bukit itu bang!”
“Memangnya kenapa mal?”
“itukan tempat perlintasan Panjago Arangan bang...”
Mereka bertiga terdiam dan saling berpandangan, suasana jadi hening. Suara nafas merekapun terdengar naek turun, keringat dingin. Tiba-tiba tanpa komando mereka berlari terbirit-birit ke arah kampung, jamal berlari paling depan karena dia memiliki badan kecil dan lincah sedang amron yang badannya lebih besarberada paling belakang dan Sukri badannya tidak jauh beda dengan Jamal.
***
Setelah beberapa jam Panusunan terlentang dia terlihat mulai sadar dan membuka mata berlahan. Langit mulai terlihat jingga, berlahan dia bangkit, sedikit demi sedikit perih di kakinya mulai terasa. Dia memandang sekitar yang membuatnya tersentak. “Ini adalah Aek mompang, tempat perlintasan Jangak!”. Di tatapnya dua bukit yang mengapit aliran sungai kecil pas di pinggirnya dia berdiri. Suara Tonggeret terdengar riuh bagai sirene,Suara jangkrikpun mulai turut menyumbangkan suara dan di akhiri suara katak pada akhir irama. Bulu kuduknya berdiri, selangkah demi selangkah di ayunkannya menuju perkampungan.
                             ***
Setelah azan Isya berkumandang pengajianpun berakhir. Anak-anak muda dan remaja berhamburan dari rumah pengajian suaranya bising sekali ada yang sibuk mencari sendal, ada berlari-lari dan ada juga yang sabar menunggu giliran keluar.
Aminah berdiri di dekat tangga rumah panggung tempat pengajian, dia sibuk melihat kesana-kemari sepertinya dia sedang mencari seseorang. Tak lama keluarlah seorang pemuda dari rumah pengajian, badannya tinggi besar dan agak jangkung,dia sedang mencari sendalnya di dekat tangga. Aminah mendekatinya dan memukul pundaknya.
“Cepatlah yani..”
“Iya, tunggu dulu saya ambil dulu sendalku ini”
“Hm,.. lambannya..”
“Tidak ada sabarmu Aminah”.
Mereka berjalan menembus gelap malam,Yani menyalakan lampu senter di tangannya. Mereka berjalan sambil berbincang, sesekali dia mematikan senternya bila melewati rumah yang diterangi listrik  karena di kampung ini hanya beberapa rumah saja yang memiliki lampu listrik.
“Yan,.. Panusunan kok gak datang mengaji ya?”
“Iya. Tadi saya kerumahnya sebelum berangkat ngaji tapi kata Ayahnya dia belum pulang.”
“Kemanalah kiranya dia ya Yan,..”
“Aduhai.. yang sedang dirundung rindu..”
“ah.. janganlah kamu begitu yan.”
Aminah tersipu malu.
Sedang asyiknya mereka berbicara sambil berjalan ada suara laki-laki dari belakang. Dia sedikit berlari menghampiri Yani dan Aminah. Dia menengkan nafas.
“Saya tak melihat si Panusunan keluar dari bagas pengajian, apa dia masih didalam ya?”
“Tadi si Yani sudah ke rumahnya tapi kata Ibunya dia belum pulang ke rumah. Memangnya kenapa Bang Sukri?”
“Hm,... tadi sore kami memukulinya, trus dia lari ke arah aek mompang, setelah itu kami tak tau dia kemana. Apa dia dimakan...”
“Huss.. jaga bicaramu bang suk, kenapa pulak kalian memukulinya?, apa dia berbuat salah?”
“Ya.. jelas dia berbuat salah gik Aminah, karena dia itukan marga pulut dan marga pulutnya itu satu marga pulak sama gik minah. Dan di kampung kita pernikahan satu marga sangat dilarang kalaupun ada yang marga pulut, itu akan dikucilkan dari masyarakat. Itulah mungkin yang dipikirkan oleh abangmu Ridwan makanya saya bang Amron, Jamal dan abangmu Ridwan memberikan dia sedikit pelajaran.”
“Kalian memang kurang ajar!!..”
“Berarti dia gak masuk mengji malam ini, baiklah kalau begitu saya pergi dulu ya. Hehehehe..”
“Pergilah kau jauh-jauh dari kami..”
Sukri berlari sembari tertawa riang dan menghilang di kegelapan malam.
“Bagaimana ni Yan? Saya jadi kawatir. Jangan-jangan dia kenapa-kenapa”
“hm,... mudah-mudahan dia tak kenapa-kenapa, nanti setelah mengantarmu pulang saya akan ke rumahnya. Jadi cepatlah kita jalan.”
Raut wajah aminah terlihat sedih dia cemas akan kekasih hatinya Panusunan, mereka berdua berjalan melewati jalan menurun.
                             ***
Udara berhembus sepoi langit terlihat tanpa awan,dua pemuda duduk diatas batu besar  di bawah sinar bintang yang samar-samar yakni Amron dan Jamal. Mereka terlihat sedang berbincang dan sesekali menatap ke kearah jalan. Asap mengepul dari mulut kedua pemuda itu dan terlihat sangat menikmati cigaret Gudang Garam Merah, sebenarnya itu adalah rokok yang biasa di hisap orang tua atau untuk diberikan kepada Datu sebagai tanda terima kasih. Malam ini mereka memang berencana menemui Datu untuk meminta pelet. Amron berencana menggunakan pelet itu untuk pujaan hatinya Aminah.
Kedua pemuda itu terlihat gelisah, dan pandangan mereka sekarang tertuju ke arah jalan, sepertinya mereka sedang menunggu seseorang. Tak lama kemudian nampaklah bayangan hitam di ujung jalan, kelihatannya dia berlari kecil dan semakin lama semakin mendekati kedua pemuda itu.
“Bang Amron..”
“Apa sukri..”
“Si Panusunan tidak masuk mengaji bang,.. kata si Yani tadi sore dia sudah ke rumah si Panusunan tapi dia tidak ada, kata Ibunya belum pulang bang..”
“Akh,.. masak?!” Amron merasa terkejut dan menatap kedua sahabatnya. Jantungnya berdetak kencang, diwajahnya terlihat berkeringat. Tapi dia mencoba terlihat tenang.
“Kalau begitu kita batalkan saja ke rumah ompung Ja Mangambat!”
“Maksud bang Amron kita gak jadi minta pelet?”
“Iya mal,kita cari tau dulu kabar si Panusunan”
“iya bang!, perlu kita kasi tau sama bang Ridwan?
“Tidak usah. Kita kearah rumahnya panusunan aja yok!”
“Iya bang!..”
Mereka terlihat berjalan tergesa-gesa menembus gelapnya malam.
                             ***
Yani menuju kearah rumah Panusunan,dia berjalan agak cepat karena suasana mulai terasa angker.Sinar bulan terkadang tertutupi awan hitam, suara burung hantu sesekali terdengar.
Sebenarnya kumandang isya baru beberapa saat selesai, namun suasana di kampung pahantan sudah sunyi.Yani teringat malam ini malam perkumpulan inyek di Magogar.
Suara-suara para inyek mulai terdengar, awal suaranya terdengar seperti orang yang menjerit kesakitan kemudian suaranya akan berubah berat seperti suara harimau yang terengah-engah. Konon katanya jika inyek itu masih pemula untuk menjadi harimau membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak terkuras.
Yani berlari sekencang-kencangnya, dia sudah tidak peduli dengan senternya yang terjatuh. Parit-parit kecil dilompatinya hingga akhirnya sampailah dia di depan rumah sahabatnya.

"Assalamualaikum!!"
"Waalaikumsalam" terdengar sahutan dari dalam rumah.

Yani mencium bau amis yang pekat.Meskipun salamnya sudah berbalas pintu rumah belum juga dibuka, dia berdiri ditangga rumah panggung yang sudah terlihat sedikit reot.
Terdengar suara bingkolang diangkat, dan terbukalah pintu.Nampak seorang wanita paruh baya dipintu.
"Masuk kau Yani."
"Iya luk!, Panusunan sudah datang luk?"
"Sudah, belum lama dia nyampek."
"Darimana dia rupanya luk?"
"Aek mompang... ketiduran dia katanya setelah dipukuli orang si Ridwan."
"Iya luk aku sudah dengar tadi dari Sukri."
Yani melihat Panusunan tertidur pulas beralaskan tikar anyaman, dia memperhatikan wajah, badan, kaki dan tangan Panusunan. Dia mengkerutkan dahi!.

"Kalau seperti ini baguslah hari sabtu dia berangkat ke Tanah Doli Yan!"
"Iya luk..."
"Sudahlah ayahnya tak pulang-pulang dari Birun eh.. dipukuli orang pulak dia.Hari sabtu kawani dia ke pasar ya yan!"
"Iya luk."


2.PESAN IBU


Hari mulai terik, langit terlihat bersih. Suara Prinjak terdengar merdu bersahutan. Riak air sungai yang riuh tak membuyarkan lamunan Yani yang duduk berpangku tangan ditangga surau. Angin sepoi-sepoi sesekali berhembus.

Anak-anak mulai berdatangan mandi, ada yang langsung melompat kedalam sungai ada pula yang masih  mengganti pakaian. Yani sesekali menatap kearah jalan besar, sepertinya dia sedang menunggu seseorang. Tak lama berselang muncullah yang ditunggu, Sukri terlihat menuruni jalan setapak dari jalan besar. Dia berjalan kearah surau.

"Sukri!!, sudah lama aku menunggumu."

"Lo!,.. kenapa Yan?"

"Ada yang terganjal dihatiku. Semalam waktu saya ke rumah Panusunan, aku merasa ada yang aneh!."

"Aneh kenapa Yan?" Sukri jad penasaran.

"Kamu bilang kalian menghajarnya kan?"

"Iya. Bahkan darah dari hidungnya muncrat ke bajuku Yan."

"Hm.." Yani Menghela nafas."Itu yang kumaksud suk,... tadi malam saya tidak melihat dia terluka sedikitpun, baik hidung, wajah bahkan badannya tidak sedikitpun ada bekas goresan."

"Kami terakhir melihat dia masuk semak kearah parlintasan Panjago Arangan Yan."

"Sebelum aku menaiki tangga rumah Panusunan saya mencium bau amis!"

"Apa mungkin Ayahnya itu seorang...inyek!?."

"Maksudmu suk?"


















.KE TANAH DOLI
.SEPERTI AMINAH
.MENJALIN KASIH
.HARAPAN HAMPA
.PULANG KAMPUNG
.HATI YANG MENANGIS
.KEMBALI KE TANAH DOLI
.SECERCAH HARAPAN
.MENJALIN KASIH II
.DILEMA
.MENIKAH
.PULANG KAMPUNG II
.BERPISAH



Kamis, 09 Februari 2017

Resep memasak Boyoman Bolut digerabah



Bentuk nya sih kecil dan imut, tetapi kalau masalah rasa, Boyoman atau pepes Belut  ini dijamin pasti bikin ketagihan. Perpaduan gurih dan krispinya Belut yang imut dengan pedas dan lezatnya bumbu memang mantap sekali. Kombinasi kedua resep masakan sederhana ini menghasilkan resep masakan pepes belut yang gurih dan pedas. Apalagi ditambah dengan bahan pelengkap lainnya. Rasanya sepiring nasi putih pun pasti akan kurang kalau lagi menikmati kelezatan rasa resep pepes belut ini. Yang penting, cara membuat pepes belut ini sangat sederhana dan mudah. Bumbu pepes belut juga simpel kok. Yang penting, belut yang kita gunakan harus benar-benar bagus kualitasnya. 

Bahan Untuk Membuat Resep Pepes Bolut
  • Bahan utamanya berupa belut kualitas bagus kurang lebih sebanyak 150 gram saja.

  • Cabai merah segar 

  • Buah cabai rawit merah pedas 



  • Bawang merah 
  • Daun bawang

  • Daun kunyit muda.

  • Daun pisang

  • Kemiri

  • Garam dapur beryodium secukupnya.

  • Jeruk Nipis




 Langkah Cara Membuat Resep Pepes Belut

  • Pertama haluskan bawang merah,  cabai rawit, cabai merah, kunyit dan kemiri sampai halus kemudian sisihkan.

  • Daun kunyit dan daun bawang di iris kecil-kecil.
  • Potong kecil-kecil belutnya.


  • Kemudian belut dan bumbu yang sudah di haluskan di campur

  • Setelah itu daun bawang yang sudah di iris di campurkan.

  • Kemudian peras jeruk nipis.

  •  Masukkan daun pisang dan daun kunyit sebagai alas didalam gerabah.

  • Masukkan belut yang sudah dicampur dengan bumbu ke dalam gerabah.

  • Tutup rapat gerabahnya.

  • Nyalakan api kompor sekecil mungkin.
  • Setelah tercium aroma yang nikmat yang menandakan bahwa pepes sudah masak.
  • Kemudian angkat.

  • Ok, selesai selamat menikmati :)
  • Garang na mangani dah mar caudon baen.



















Senin, 15 Agustus 2016

Senin Kotu Dijambur Lobu

Di dalam jambur terlihat ada beberapa orang yang sedang asyik mengobrol tapi kelihatannya tidak serius-serius amat yang di perbincangkan suasana memang agak sepi mungkin masih di sawah atau kebun sedang yang di jambur biasanya orang-orang pemalas, orang yang sakit atau hanya satu-dua orang guru-guru.

Tak begitu lama masuklah Pak Ja Ombun yang terlihat sedikit kesal karena di usir dari Jambur dolok, dia langsung duduk dan memesan kopi pahit.

"Kopi paeti jolo umak Rahma!, dung minum kopi mei au dabo di jambur dolok angkin"
"Hek lobi ali butongan ko ulala dabo Jaoti!" Sahut bapak-bapak yang bernama Pak Idin
"Indek ki cak-cak.. baenna got marbada dei dabo angkin i Cok Menek dot ki Dirman!"
"Marbada sondia?" tanya Pak Baudin
"Imantong lancok ni Dirman, indari dabo adong bage do borang na dua patna ningia!, bo tarsinggung ki Menek bo itawaria i Dirman got main ma untungna i larang mamak i  i Munaf gari dung mangida ita"

Semua yang ada di jambur terlihat tegang, bahkan yang sedang main caturpun menghentikan permainan. Ada yang mendekat ke Pak Ja Ombun karena begitu penasarannya,

"Jelas maho pala marcarito!!" kata Pak Ramli sambil mendekat
"Abau mei Ramli muap monyan ko ulala!!"
"Maklum maho dabo mamak Nangali golar iba namarun"
"Sondiangkin caritonai Jaoti palanjut jolo" kata Jamalim
"Lelele.. kilat doma pal-palmu wida baen penasaranmu!, tangion so udokon mulak parjolo dabo ro i menek marungut-ungut. I dokonia bahasona namadung hamildo boru ni Nurpanci... i dirmankan koumnia dei indari alaklahi ni Nurpancion hek ibalosia borang namarpat dua ningia..bo hampir so main!!"
"I menek pentong aso soni i dokonia apalagi inda na binoto jelasna?!" sahut Pak Idin
"Sah maho guru te Pak Idin bijak doho.. te baennai dokonni umaknai ma disia!?"
"I Nurpanci do andokonca?!" tanya Pak Ramli

"Bo ise pentong!!? abongakan ko wida Ramli Jabongak do gari dabo golarmu na cocok!!" kata Jamalim
"Golarna naso binoto tuak!!"
"Bo sonjia doma pala madung soni?.. memang sip-sip mangaroai dei dida dabo danaki, au penian gari ra dei au ku anak borui!" kata Pak Idin
"Dek-indek pikirkon kusie umak ni Riski e i semekdonca onon!!" balas Pak Nangali
"Hahahahahaha!!!" Seisi Jambur tertawa

"Alolot mei so ro kopi paeti umak Rahma!!"
"Hontong minum pe kopi paet do kon gogoma jabat idokon ko!! Jaoti"
"Te dung udokon angkin dung minum ma au di dijambur dolok."

Tak berapa lama datanglah Umak Rahma membawa kopi paet dan gorengan.

"Dung sondia dongan Jamalim indari saba di iparan?!
"Lobi naunjung ko kusaba... amalo mandang ko te Jaoti!"
"Mambandingkonca dei dabo dongan sanga sondia perkembangan ni sabai, gakmunaanggo i tatab ku saba nai bonjoankan dung mulai tarida gorsing-gorsing sotik"
"Got runcang ma dida nian.." jawab Jamalim

"Hek jam tonga sada ma wida dabo.. au kehe ma au jolo mulak naimon sikola!!"
"Kehe mei ho bere?!, sahma guru teladan ko teh Pak Idin."
"Sonjia pentong ma tonga sada boltok pe dung marngaok-ngaok!!"
"Oh,..jadi madongan sakalian madabo bayar minum tai guru!!"
"Kesempatan kajo dida mamak one!!" kata Pak Ramli
"Te sasakali do Ramli.."

Senin manyogot di Jambur Dolok

Senin manyogot di Jambur Dolok

Beberapa bapak-bapak keluar dari mesjid setelah selesai melaksanakan ibadah sholat subuh berjamaah, ada yang langsung pulang dan ada pula yang masuk ke dalam Jambur. Di dalam jambur sudah ada Pak Ja Ombun yang terlihat kedinginan yang mencoba meminum kopi yang masih panas, terlihat dia meniup-niup gelasnya. Pak Ja Ombun adalah laki-laki pemalas yang kerjanya hanya nongkrong seharian di jambur, yang mengerjakan sawah dan ladang istrinya. Meskipun dia memiliki beberapa anak dia tlihat santai-santai saja dan biasanya dia ngutang di jambur. Kalaupun ada yang mengajaknya bekerja biasanya dia ngakal-ngakalin pekerjaan dengan banyak merokok dan tidur disaat orang sedang bekerja.

Pak Musnaf dan Pak Karnen memasuki jambur, Pak Musnaf yang dituakan di kampung ini  orangnya tegas dan gak neko-neko. Pak Musnaf hampir setiap pagi menjadi imam di mesjid,seperti biasa setelah selesai sholat, jambur adalah tempat untuk nongkrong yang mengasyikkan baginya. Sedangkan Pak Karnen lelaki yang baru saja melangsungkan pernikahan, orangnya rajin bekerja dan sering meminta pendapat kepada orang lain. Seperti pagi ini dia ingin meminta pendapat kepada Pak Ja Ombun tentang pemupukan karetnya.

Pak Karnen duduk di samping Pak Ja Ombun

"Kopi i jolo sada umak ni Elsa!" Pak Karnen memesan kopi manis
"O mamak Ja Ombun tola do mangido saran sugari di mamak i?"
"Tola.. mengenai aha lakna dongan..?"
"Gotai mada mamak sanga pupuk aha dei roai nacocok i baen ma mulai uida marsiajar?!"
"Anggointong ke namomo dei,.. baen ma soni ureai baru tambai-tambai dot te ni banting, te bah ulang ma donok tu baen ku batang nai ra dei mosok!!.. siram-sirami mantong tiop potang so deges perkembanganna..!!"
"Naso ni sajo dei nian ubaen mamak!!"
"Bo aha dope ligima marsabulan on yakin au mantap mei!!"
"Mamak unjung dei manyuan gota?"
"Au najolo dabo dongan dompak karejo di perkebunani dei au di Palembang so uboto sude... gok disi dongan jando-jando mulai ngun nadeges sampe najat, te kebanyakan alak jawa dei na dikobuni sada-sada adong juo alak kita dongan.."
"Aso mulak mamak i ngun Palembang?"
"Isuru Olukmu ajo kon mulak!!"

Pak Ja Ombun meminum kopinya, terlihat begitu nikmat. Seseorang masuk ke jambur sambil bergumam "Marburas aha dei humu na dua dongan Karnen dot ki Saribu sada?!!"
Mendengar perkataan orang itu Pak Ja Ombun membalas
"Indek ki Longor. dai dede! ke kusieh urus jolo manuk mui eh inda martolur-tolur kuida inda na lalumui?!"
Semua pengisi jambur tertawa.Bapak itu membeli korek api dan gorengan dan sebelum berlalu dia menyahut lagi "Palolot komu dongan na marburehi anggo i Jaoti do najop kajo dei non roania!!" seisi jambur tertawa lagi.

Hari sudah menunjukkan setengah delapan dan mataharipun sudah mulai menyinari, Pak Kanen terlihat sudah akan pergi meninggalkan jambur. Melihat hal itu Pak Ja Ombun langsung memberi nasehat tentang karet si Karnen.

"Purcaya maho dongan nau dokoni,. hek got mulak mei ho Karnen?!"
"Olo mamak got kehe dope ku kobunan got manyuan bawang pre parjolo ma au mamak dah.."
"Olo dongan,.. bayar kopintaidah bere.., hehehe.."
"Olo mamak." Pak Karnen sedikit kesal.

Pak Ja Ombun tersenyum girang dan meminta sebatang rokok pada bapak-bapak di depannya. Setelah Pak Karnen terlihat sudah jauh Pak Ja Ombun meminta tambah air panas. Orang semakin ramai memasuki Jambur dan bergantian pulalah orang yang berbicara dengan Pak Ja Ombun.

                                                                            ***

Cok Menek masuk jambur sambil mengomel-ngomel
"Naluar biasa ma indari tingkah ni dak-danaki teh!!!, parsip donian dida ramah sopan!!"
"Amawa dei dongan menek?! baru ro dope ho dung marsingut-nngut ko ubege" kata Pak Musnaf
"Boru ni siahai dabo dak,.. sarupo wida jungkitna dot umaknai eh pas dontong!!! ido so dokung-dokung kajo pala borngin"
Suasana menjadi tegang!.semua terlihat fokus pada cok menek banyak yang penasaran tentang kelanjutan cerita Cok Menek.
"Boru nise dehe?!" Pak Fahri bertanya
"Boru nise Menek?!" di sahut Pak Mucak
"Boru ni Nurpanci i mada nasip i dida.. kan abisukani dida?!"
"Ulang dongan asal dokon anggo naso adong buktina" Pak Musnaf berkata
"Umaknai sendiri mandokonca jau dabo dak!!, kopi i jolo umak ni  Elsa,.. ima dongan pala ro kuson namambangun bondar nangkon dongan ita padiar boruntai marmayam kuadu.. pandokon ni si Ken Lanok dabo nai pargandak ni pemborong nai dei sada-sada bujing-bujingi."
"Aso buse i boto si Ken Lanok?!" Pak Damean bertanya
"Te baennai ia ajoma posni bujing-bujingon ilehen pemborongi non isia sabungkus Prince inda be lalaia, dot buse do ia ningia dabo pala kehe alai mangan miesop kuiparan"
"Indek-indek poran-poranni purange ni dak-danak" Pak Ja Ombun bergumam
"Bo sondia doma lakna ita baen Menek?!" tanya Pak Ja Ombun
"Te ima soudokon jomu ison apalagi ison dope baris udak niba Udak Musnaf hatobangaon sanga sondia doma.."
"Anggo menurutku do dabo dongan angkon na ita pakawin dei bope nasondiana, sip-sip maita jolo non potang Kepala desai domei marurusan kusi"

Keadaan mulai mencair, Pak Dirman yang masih kerabat dekatnya Nurpanci yang sedari tadi diam membisu mulai ikut berbicara
"Memang nalain-lainan dabo purange ni alakki indari adong bage do gakmuna borang na dua patna!!"
"Aso kuau matamu Dirman?! hah aha dei maksud ni babamu?!" Cok Menek terlihat emosi
"Adong lakna udokon ko!!"
"Bope naso idokon ko au kuau wida matamu maindei jolo?!"
"Main mantong kusoneh iambang kodei mabiar au jo?!!"
"Na oto-oto mei umu dua madung mei dongan bubar maita ngun jamburon."

Orang-orang di jambur terlihat mulai keluar satu persatu.

Kombur dijambur



Kombur dijambur adalah kebiasaan orang di kampung untuk membahas berbagai hal mulai dari politik, kejadian sehari-hari atau bahkan tentang perkebunan bahkan sawah.Kebanyakan laki-laki yang ada di jambur yang terkadang berujung dengan perkelahian.

Informasi sangat mudah didapat dijambur terlebih itu cerita tentang keburukan, jika ingin menemui Bapak-bapak pemalas dikampung maka datanglah ke jambur. Hanya dengan segelas Kopi pahit dan satu buah gorengan akan bertahan mulai dari pagi sampai siang bahkan ada juga sampai sore baru beranjak pulang dan datang lagi pada malam harinya.

Seorang pemalas biasanya terlihat sangat pandai dalam mengutarakan pendapat, ceritanya terdengar sangat menarik sesekali akan mengguyon sehingga menambah keasyikan dalam Kombur Dijambur.

Saling menyindirpun kerap di lakukan sehingga akan membuat suasana tegang, atau bahkan saling mengolok-olok.

Biasanya dijambur bukan cuma Kombur ada juga permainan yang kerap dilakukan di Jambur seperti permainan dam batu atau permainan Catur.

Banyak sisi negative dari Kombur Dijambur tapi bukan berarti tidak ada manfaatnya tergantung dari kebijakan kita untuk mengambil hal-hal yang baiknya dan meninggalkan hal yang buruknya, terutama janganlah lupa untuk bekerja di kebun atau sawah jangan hanya Kombur Dijambur.

Kamis, 11 Agustus 2016

Ular Penjaga Mual Magogar

Dijaman dahulu kala hiduplah keluarga kecil yang bahagia, keluarga ini tinggal di tengah-tengah sawah Gariang yang sangat luas. Setiap hari mereka terlihat sangat ceria, terlebih ketika mereka memiliki anak perempuan yang sangat cantik yang di beri nama Puspita. Sang ayah bernama pak Rustam dan ibunya bernama buk Selmi. 

Puspita semakin cantik dan ayu setelah dia beranjak dewasa, dia sangat rajin membantu orang tuanya. Setiap hari dia memberikan pakan ternak, menanak nasi dan mengayam. Bila sore telah tiba Puspita akan memukul gong kecil dan mungkin karena itu sudah kebiasaannya setiap dia pukul gong kecilnya ternak-ternak mereka akan pulang ke kandangnya. Namun ada juga ternak mereka yang biasanya manja yaitu seekor ayam jantan yang berwarna putih. Ayam jantan ini adalah kesayangan Puspita.

Suatu ketika lewatlah seorang anak raja dan hulubalangnya yang hendak berburu ke Gunung Kulabu. Mereka terlihat sangat bersemangat, anjing-anjing pemburu berlari-lari kesana-kemari mengiringi langkah rombongan. Disaat mereka melewati sebuah rumah di tengah sawah seorang hulubalang bercerita bahwa rumah yang mereka  lewati tadi adalah rumah keluarga pak rustam yang memiliki seorang gadis yang sangat cantik. Sang putra raja jadi penasaran dan menyuruh hulubalang dan rombongan untuk beristirahat sejenak, kemudian dia pergi ke arah rumah pak Rustam.

Pa Ruhuman menuruni sawah, dia berjalan sangat gagah dan percaya diri, karena dia memang seorang putra Raja yang tangkas dalam berbagai hal. Rumah pak Rustam tinggal sepuluh langkah lagi dia terus melangkah dengan pasti. Seekor anjing keluar dari semak-semak dan berlari ke arahnya, mulutnya berlumuran darah. Dia mengenal anjing itu, ituadalah anjing pemburu miliknya.

Pa Ruhuman mendengar suara tangis dari semak-semak, dia langsung berlari kearah suara itu. Dia mendapati seorang gadis yang sedang menangis meratapi seekor ayam yang sudah mati. Dia memperhatikan paras gadis itu dan membuat matanya terbelalak dan sangat terpesona akan kecantikan gadis di hadapannya.
Pa Ruhuman : "Mengapa kau meratapi kematian ayammu hei..gadis!.
Puspita menoleh kearah suara seorang pemuda yang berdiri dengan gagah di hadapannya, dia terlihat sangat takut dan tak berani menatap pemuda itu.

Pa Ruhuman : "Janganlah kau takut he anak gadis,.. aku adalah putra raja Ja Mangodum aku                             tak akan mencelakaimu, aku heran saja melihatmu meratapi seekor ayam."
Puspita    : "maafkan hamba putra baginda.. saya meratapi ayam ini karena ini adalah                                     ayam kesayangku putra baginda tadi ada seekor anjing yang telah  melukainya."
Pa Ruhuman  : "Maafkanlah anjing itu, karena itu adalah anjing pemburu saya, siapakah namamu?
Puspita              : "Puspita putra baginda"
Pa Ruhuman  : Nama yang indah.. indah seperti wajahmu.., apakah kau sudah menikah he anak gadis?"
Puspita : "Belum putra baginda."
Pa Ruhuman: " Aku akan datang kesini untuk meminangmu tunggulah aku sebelas purnama"

Puspita tidak berkata sedikitpun dia sadar bila seorang putra baginda yang berkata, itu merupakan perintah bagi rakyatnya. Sedih dihatinya telah hilang diganti bahagia karena Puspitapun telah jatuh cinta kiranya pada putra raja itu.

Pa Ruhuman kembali ke rombongannya, disepanjang jalan ke gunung kulabu dia menceritakan kecantikan gadis itu dan akan meminangnya sebelas purnama lagi.

                                                                         ***
Sepuluh purnama telah berlalu. Keadaan di kuria Pahantan sedang genting, tanah di sawah-sawah mengering dan air sungai pun terlihat tak mengalir. Sudah beberapa penduduk mengadu keadaan ini kepada Raja Kuria, dan telah dibuat musyawarah tentang Mual yang tidak berair ,hingga di utuslah seorang Datu ke Mual Magogar untuk memeriksa keadaan disana mengapa Mual Magogar tidak mengeluarkan air.

Pak Datu dengan bekal sirih, pinang dan dupa telah sampai di Mual Magogar terletak di bawah Pohon torop yang rindang. Dibawah pohon torop gelap dan terasa lembab, angin berhembus sepoi-sepoi. Pak datu meletakkan sirih, pinang dan dupa diatas amak, kemudian dia membaca mantara. Suasana hening, anginpun  berhenti berhembus. Hanya suara daun pohon torop yang sesekali terdengar jatuh di tanah. Setelah beberapa saat ada sosok yang keluar dari pohon torop yang menyerupai ular naga dan mendekati pak Datu.

Raja Jin : "Apa maksud kedataganmu hei anak manusia?"
Pak Datu: "Aku diutus Raja Kuria kesini untuk memeriksa keadaan Mual ini, mual ini mengering hingga kehidupan rakyat Pahantan menjadi sengsara. Apakah gerangan yang membuat mual ini mengering he raja jin?"

Raja Jin :"Bilang kirim salamku pada Raja Kuria Pahantan, keadaan disini menjadi kering karena putriku yang bertanggung jawab menjaga Mual ini telah mati."

Pak Datu :"Jadi apa yang harus kami perbuat supaya Mual ini mengeluarkan air lagi he raja jin?




Raja Jin : "Aku berharap kalian mencarikan wanita yang cantik jelita untukku tugaskan menjaga mual ini, jika kalian tidak mendapatkannya maka mual ini tak akan mengeluarkan air. Bukankah Raja Kuria punya boru yang cantik-cantik?"

Pak Datu : "Iya raja jin, saya akan memberitahukan ini kepada Raja Kuria"

Kemudian pak Datu membaca mantra lagi, sosok ular naga itupun menghilang.
                                                                                   ***
Setelah pak Datu menceritakan perihal yang di utarakan Raja Jin, sang Rajapun mulai tampak resah. Siang dan malam jadi pikiran bila dia merelakan salah satu borunya menjadi penjaga mual, borunya pasti akan sedih karena borunya akan jadi makhluk bunian.

Ketika sang Raja termenung didalam kamarnya masuklah permaisuri dan mendekatinya.

Permaisuri : "Baginda... bolehkah saya memberikan pendapat tentang penjaga mual?"
Raja : "Tentu boleh istriku berikanlah pendapatmu."
Permaisuri : "Bagaimana kalau yang menjadi penjaga mual di magogar itu kita perintahkan seorang gadis yang tinggal di Saba Gariang?"

Raja :"Saba gariang? hm.. kalau tidak salah yang tinggal disana adalah pak Rustam."
Permaisuri : "Iya baginda, kecantikan boru pak Rustam sudah menyebar keseluruh Banua"
Raja : "Hm... baiklah saya akan perintahkan hulubalang untuk mengantarkan surat titah pada pak Rustam, supaya besok upacara pengantaran ke Magogar bisa dilaksanakan"
                                                                             ***

Puspita menangis sejadi-jadinya, dia memeluk erat ibunya buk Selmi. Pak Rustampun hanya bisa pasrah setelah membaca surat titah yang di hantar hulubalang semalam. Hari ini adalah hari pengantaran Puspita ke magogar. Rombongan dari Bagas Godang sudah sampai di depan rumah pak Rustam, suara gendang dua terdengar riuh. Puspita di beri pakaian adat dan di giring ke Magogar. Sebelum berangkat ke magogar Puspita mengambil Gong kecilnya atau ikong-ikong dan berpesan pada kedua orang tuanya jika dia rindu akan memukul ikong-ikongnya dan bila bulan purnama tiba dia juga akan memukulnya. 

Puspita memperhatikan rombongan pengantarnya dia tak melihat Pa Ruhuman yang telah berjanji akan meminangnya bulan purnama yang akan datang, hal itu membuat hatinya semakin pilu. Air matanya terus mengalir.

Pa Ruhuman sangat sedih saat dia mengetahui Puspita akan menjadi penjaga mual, hatinya hancur lebur. Dia sudah tahu bahwa permaisurilah yang menghasut sang Raja Kuria untuk memerintahkan Puspita menjadi penjaga mual, namun sayangnya permaisuri juga tak mengatakan bahwa Pa Ruhuman mencintai Gadis itu. Dari kejauhan Pa Ruhuman memperhatikan rombongan yang membawa gadis yang dicintainya itu.





Akhirnya rombongan telah sampai di Mual Magogar, pak Datu melakukan ritual dan memanggil raja jin. Dan muncullah raja jin. Setelah melakukan dialog akhirnya Puspita diserahkan kepada raja jin. Raja jin terlihat sangat senang.

Rombongan meninggalkan Puspita dan raja jin, puspita masih menangis tersedu-sedu. Sedang Pa Ruhuman yang diam-diam mengikuti rombongan mengendap-endap dan memperhatikan gadis yang dia cintai itu di samping raja jin.

Raja Jin : "Jangan kau menangis lagi sekarang kaulah yang menjadi penjaga mual, sekarang tutuplah matamu supaya kau kujadikan ular penjaga mual ini."

Puspita menutup matanya dan seketika tubuhnya menjadi ular naga. Melihat itu Pa Ruhuman menjadi sangat murka, kemudian dia membaca mantra ajian yang dipelajarinya selama ini. Tubuhnya menjadi ayam jantan mirip dengan ayam Puspita yang telah mati. Pa Ruhuman berharap bisa menemani puspita dalam bentuk ayam, namun sayang ketika Pa ruhuman yang telah menjadi ayam terbang ke dekat Puspita yang berbentuk ular dia langsung menyambar Pa Ruhuman dan menelannya.






Puspita masih menangis atas apa yang menimpanya hingga airmatanya menutupi mual dan mengalirlah air mata puspita dari mual yang jernih mengaliri sawah-sawah Gariang hingga saba Taruko. Setiap Puspita rindu pada orangtuanya dia akan memukul ikong-ikongnya dan setiap malam purnamapun dia memukul ikong-ikongnya untuk mengingatkan Cinta dan kesetiaanya pada Pa Ruhuman yang telah ditelannya tanpa dia ketahui.









Jumat, 05 Juni 2015

Contoh Script Bukan Salah Cinta



3 Beberapa Tahun kemudian/Pagi/Pinggir jalan/Di persimpangan
Seorang berandalan sedang berkelahi dengan beberapa anak sekolahan, tak ampun di hajarnya anak sekolahan itu.Satu persatu anak sekolahan itu kabur yang tertinggal seorang anak yang bernama Badrun, setelah Badrun terlihat tak berdaya barulah berandalan itu menghentikan pukulannya,bertepatan dengan itu lewatlah anak gadis yang berseragam sekolah yang bernama Citra.Dia terlihat takut dan mencoba mempercepat langkahnya, sejenak mereka bertatapan muka.Ketika brandalan itu Menyadari gadis itu adalah Citra yang pernah memberinya minuman gelas brandalan itu langsung menyapanya.
Yusuf
Kamu... Citrakan?..
Bukannya menyahut Citra malah mempercepat langkahnya kelihatannya dia takut.
Yusuf
Nama saya Yusuf!!!... tapi orang-orang memanggilku Ucup meski aku tak suka nama itu...
Citra diam saja kemudian berlalu.., Yusuf memperhatikannya dari jauh.

4 Siang/Kede Kopi
Faisal,Anwar dan Yusuf terlihat asyik mengobrol santai, bahkan Anwar terlihat menyandarkan kepalanya didinding dan memejamkan matanya.
Yusuf
Pesan kopi war.. biar gak ngantuk...
Anwar
Gak ah... tadi malam aku begadang noton bola..., kalo gak belik rokok aja samaku suf...